Kurkumin pada kunyit andal menggerus timbunan plak penyebab penyakit kardiovaskuler.
Setiap tahun lebih dari 36-juta orang meninggal karena penyakit tidak menular atau setara 63% dari seluruh kematian. Itu laporan Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan pada 2014. Secara global penyakit tidak menular penyebab kematian nomor satu adalah kardiovaskuler—penyakit karena gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti jantung koroner, penyakit gagal jantung, hipertensi, dan stroke.
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Rumahsakit Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta, Prof dr Ganesya Harimurti, SpJP(K), mengatakan, terdapat dua faktor risiko penyakit kardiovaskuler. Pertama faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu jenis kelamin, riwayat keluarga, dan umur. Kedua, faktor yang dapat dimodifikasi antara lain, obesitas, kurang aktivitas fisik, diet tidak sehat, dan stres.
Uji klinis

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Rumahsakit Jantung Nasional Harapan Kita, Prof dr Ganesya Harimurti, SpJP(K) (Koleksi Ganesya Harimurti)
Ganesya Harimurti mengatakan, “Bermacam kondisi yang termasuk dalam faktor risiko yang dapat dimodifikasi itu biasanya memicu timbunan kolesterol, yaitu senyawa lemak berlilin yang merupakan produk metabolisme makanan. Sebenarnya kolesterol dibutuhkan juga oleh tubuh untuk membantu membangun sel-sel baru agar tubuh bisa tetap berfungsi secara normal.” Kolesterol menjadi akar masalah saat kandungannya dalam darah berlebihan.
Sebab, endapan lilin terjadi pada dinding arteri, maka aliran darah di jantung, otak, dan bagian tubuh lainnya bisa terhambat. Dengan kata lain, kolesterol tinggi meningkatkan risiko seseorang terkena penyempitan arteri atau aterosklerosis, penggumpalan darah di berbagai bagian tubuh, stroke ringan, stroke, dan serangan jantung. Perkembangan dunia kedokteran kini mampu membuat obat penurun kolesterol berbahan zat kimia sintetis.
Reaksinya cepat, tetapi harganya mahal dan pengidap harus mengonsumsi dalam jangka panjang. Itu berisiko mendatangkan penyakit di organ lain, misalnya ginjal. Mono Pratiko Gustomi dan Rima Larasati dari Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik membuktikan rimpang kunyit Curcuma longa sebagai penurun kolesterol tinggi pada 2013.
Penelitian mereka melibatkan 22 orang yang memiliki hiperlipidemik di Desa Sawotratap, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Penelitian itu bertujuan untuk mengukur tingkat kadar lemak darah responden sebelum dan sesudah diberikan ekstrak rimpang kunyit, serta pengaruh ekstrak rimpang kunyit terhadap perubahan kadar lemak darah sampel.
Para penderita kolesterol tinggi itu mengonsumsi 2 mg per kg bobot tubuh 3 kali sehari selama 12 hari berturut-turut. Hasil penelitian menunjukkan, rata-rata kadar kolesterol setelah konsumsi ekstrak sebesar 210,73 mg/dl yang mengalami penurunan 10,59 mg/dl dari rerata sebelum pemberian ekstrak rimpang kunyit. Kadar trigliserida mengalami penurunan 9,95 mg/dl. Penurunan juga terjadi pada kadar low density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat 10.95 mg/dl.
Khasiat kurkumin

Menjaga pola makan dan aktivitas fisik dapat menghindarkan dari kondisi obesitas yang rentan serangan penyakit kardiovaskular.
Selain itu kadar high density lipoprotein (HDL) atau kolesterol baik justru meningkat 2,28 mg/dl dari nilai sebelum perlakuan. Penurunan kadar kolesterol 4,25% dari kondisi awal. Nilai itu terlalu kecil jika dibandingkan dengan hasil penelitian Oktavianu dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada 2010 yang mencapai 15,69%. Mono Pratiko Gustomi dan Rima Larasati menduga itu karena adanya perbedaan sampel penelitian.
Penelitian pada manusia lebih kompleks jika dibandingkan dengan tikus, karena manusia dari segi holistik memiliki nilai-nilai, norma, dan rutinitas. Adapun pada tikus wistar peneliti dapat menyeragamkan bobot badan, umur, dan porsi konsumsi gulai daging kambing. Munculnya variasi hasil penelitian terhadap perubahan kadar lemak, terutama pada sampel manusia, juga dipengaruhi oleh faktor umur dan jenis kelamin.
Menurut Martanto Martosupono dari Fakultas Biologi Universitas Kristen Satya Wacana, zat yang terkandung dalam rimpang kunyit antara lain kurkuminoid, minyak asiri, mineral, lemak, karbohidrat, dan protein. Senyawa yang paling banyak dianggap penting dari kunyit adalah kurkuminoid dengan bahan penyusun kurkumin. Zat itu salah satu sumber antioksidan alami. Bahkan termasuk antioksidan primer, berkhasiat mencegah radikal bebas baru dengan cara mengubah menjadi molekul yang stabil.
Ganesya mengatakan antioksidan mencegah radikal bebas mengganggu proses metabolisme lemak. Itu berarti dapat menghindari terjadinya timbunan lemak pada pembuluh darah. Menurut dokter alumnus Universitas Indonesia itu dalam usaha pencegahan penyakit, penggunaan obat herbal dapat dilakukan. Kolesterol teroksidasi dapat merusak pembuluh darah dan menumpuk di plak yang dapat menyebabkan serangan jantung atau stroke.
Mencegah oksidasi kolesterol baru dapat membantu mengurangi perkembangan aterosklerosis dan penyakit jantung. “Kunyit juga merupakan sumber vitamin B6 untuk menjaga tingkat homocysteine ??agar tidak terlalu tinggi,” ujar Ganesya. Konsumsi vitamin B6 menurunkan risiko penyakit jantung.
Tradisi
Penggunaan kunyit sebagai obat tradisional sudah sangat tua. Orang-orang India dengan sistem pengobatan tradisional Ayurveda menyebut kunyit digunakan 4.000 tahun lalu. Demikian juga dengan di Indonesia, herbalis sering memanfaatkan kunyit sebagai bahan ramuan. Herbalis di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ujang Edi, meresepkan kunyit untuk menurunkan kolseterol. Ia membutuhkan 10 gram rimpang kunyit segar, bersihkan rimpang kunyit, lalu iris tipis-tipis.
Ia lalu merebus irisan itu dalam 2 gelas air hingga mendidih. Setelah dingin, ia menyaring air, dan meminum sekaligus. Lakukan hal ini 3 kali sehari. Dalam pengaruh dapat terlihat setelah 8 pekan. Namun, Ujang Edi juga menyarankan untuk memperhatikan pantangan dalam mengonsumsi kunyit.
Paling biasa terjadi menyebabkan gangguan sistem pencernaan. Kunyit meningkatkan produksi asam lambung. Efek itu terjadi jika mengkonsumsi kunyit dalam waktu yang lama serta dengan dosis yang berlebihan. (Muhammad Hernawan Nugroho)
Sumber : t r u b u s – o n l i n e . c o . i d