
Warna ungu mendominasi hasil silangan Dendrobium ‘ottoleiden’ dan D. lasianthera dengan petal dan sepal yang panjang mengeriting.
Hasil silangan terbaru dendrobium keriting beragam warna.
“Dendrobium keriting bagaikan karya seni bernilai tinggi,” ujar pehobi di Jakarta, Ferdinand Adi Pranoto. Pantas dendrobium keriting kini menjadi incaran para kolektor. Keberadaannya terbatas di pasaran menyebabkan harganya pun tinggi mencapai 3—4 kali lipat dendrobium bulat. Dendrobium keriting kaya warna dan bersosok atraktif. Bunganya sanggup bertahan hingga 2 bulan pascamekar.
Bandingkan dengan dendrobium bulat yang hanya bertahan sebulan. Di kalangan masyarakat awam, dendrobium keriting memang kurang populer. “Mereka lebih menyukai dendrobium bulat sebab ukuran bunga relatif besar, meskipun berwarna monoton,” ujar Ferdinand. Menurut Ferdinand dendrobium bulat miskin corak warna. Yang banyak ditemui di pasaran adalah warna-warna solid seperti ungu, putih, dan kuning.

Perpaduan dua warna yang cantik pada hibrida hasil perkawinan antara D. kaivano dengan D. ‘ayu pieters’.
Bertanduk
Di kediaman Ferdinand terdapat beberapa dendrobium hibrida yang sedang mekar dan memamerkan keelokannya. Ratusan jenis dendrobium tumbuh sentosa. Beberapa batang tampak elok dengan warna-warni bunga yang muncul di antara rerimbunan daun. Ferdinand meletakkan sebagian besar koleksinya pada sebuah kawat besi yang menggantung, sisanya ditata rapi di atas meja.
Salah satu dendrobium hibrida koleksi Ferdinand adalah hasil silangan Dendrobium ‘ottoleiden’ dengan D. lasianthera. Warna ungu mendominasi bunga berlabelum kecil itu.
Bila diperhatikan lebih dekat terdapat garis-garis gelap menghiasi permukaan bunga. Petal dan sepalnya panjang mengeriting dengan posisi sedikit merunduk. Ferdinand memperoleh hibrida anyar itu dari seorang penyilang lokal. Dari sang penyilang itu pula, ia mendapatkan turunan hasil perkawinan D. ‘margareth tatcher’ dengan D. helix. Ukuran bunga relatif kecil dengan tanduk pendek. Warna petal dan sepalnya ungu terang, sedangkan labelumnya ungu gelap.

Persilangan antara D. ‘margareth tatcher’ dengan D. helix menghasilkan hibrida baru berukuran bunga relatif kecil bertanduk pendek.
Tegak
Ferdinand menuturkan kini tren yang berkembang di dunia dendrobium di tanahair adalah menciptakan hibrida bertanduk tegak, keriting, dan berlabelum besar. Biasanya penyilang belum puas bila belum mendapatkan hibrida baru bertanduk tegak. Apalagi tanduk tegak menyumbang poin pada kontes. “Pemilihan indukan sangat penting untuk menghasilkan hibrida berkarakter seperti itu sebab tanduk tegak merupakan turunan genetik sang induk,” ujar Ferdinand.
Alumnus Universitas Katolik Atmajaya itu mengatakan salah satu kelemahan dendrobium keriting adalah sosok tanamannya besar dan tinggi. Beberapa spesies yang digunakan sebagai indukan seperti stratiotes, tangerinum, antenantum, taurinum, leporinum, dan nindii. Selain kriteria tanduk dan labelum, warna bunga juga memberikan nilai tambah.
“Saya menyukai dendrobium keriting dengan kombinasi dua warna yang harmonis,” ujar pria 35 tahun itu.
Beruntung ia memperoleh hibrida hasil persilangan D. kaivano dengan D. ‘ayu pieters’. Ujung tanduk dendrobium itu berwarna ungu cerah. Labelumnya putih dengan semburat keunguan, sedangkan pada bagian lain putih cerah.

Bunga berlabelum besar menjadi daya tarik dari hasil perkawinan antara D. ‘bhayangkara jaya’ dengan D. ‘numimba beauty’.
Ia jatuh cinta pada keelokan dendrobium pada akhir kuliah. “Dendrobium cocok dengan iklim dataran rendah seperti Jakarta. Variasi warnanya pun sangat banyak dan cantik,” ujarnya. Sebagian besar koleksinya dendrobium hibrida eksklusif yang diperoleh dari penyilang di dalam dan luar negeri. Ferdinand cenderung memburu dendrobium hibrida bertipe spatulata alias berbunga keriting atau bertanduk dibanding bulat untuk dikoleksi.
Hasil persilangan
Pekebun anggrek di Kota Batu, Provinsi Jawa Timur, Dedek Setia Santoso, menuturkan menyilangkan dendrobium salah satu cara untuk menghasilkan varietas-varietas baru berkarakter unggul seperti berwarna menarik, kuat, berbunga sepanjang tahun, mampu hidup di dataran rendah dan tinggi. Dedek berkonsentrasi untuk menghasilkan hibrida bertanduk keriting, berlabelum lebar, dan berkomposisi warna menarik.

Dendrobium bertanduk panjang, tegak, dan melintir salah satu karakter yang paling disukai (D. ‘salak’ x D. ‘kristabela’).
Pemilik nurseri DD’Orchid itu menargetkan 10 pasang anggrek untuk disilangkan setiap pekan. Biasanya ia memperoleh 25 varian dari satu silangan. Namun, hanya tanaman berkarakter terbaik yang dipertahankan. Salah satu silangannya yang menarik perhatian adalah dendrobium hasil perkawinan D. ‘maluku indah’ dengan D. ‘sutiknoi’.
Sutiknoi bertanduk panjang, tetapi bersosok tinggi. Maluku indah bersosok pendek. Bunganya tebal, bertanduk pendek, berwarna kuning, dan bergaris merah pekat pada labelum. Dari persilangan itu diperoleh tanaman berpostur sedang dengan karakter bunga bertanduk tegak, melintir, dan berwarna kuning. Labelumnya berwarna merah pekat, sedangkan sepalnya kuning bergaris merah marun.
Perkawinan antara D. ‘bhayangkara jaya’ dengan D. ‘numimba beauty’ serta D. ‘salak’ dengan D. ‘kristabela’ juga tak kalah cantik. Pada silangan pertama, Dedek mendapat hibrida baru berbunga salem, bertanduk lebar dan melintir, serta berlidah besar dengan warna ungu pekat. Sementara itu, pada silangan kedua diperoleh hibrida berwarna kuning cerah dengan tanduk panjang dan tegak. Keelokan rupa dendrobium terbukti membuat tanaman epifit itu makin digandrungi. (Andari Titisari/Peliput: Riefza Vebriansyah)
Sumber : t r u b u s – o n l i n e . c o . i d