Barbara Sumini kesal karena tidak bisa mengenakan pakaian idaman. Perempuan 48 tahun itu merasa sesak saat mengenakan celana dan baju kesayangan itu. Harap mafhum sejak 2001—2011 bobot tubuh perempuan kelahiran Lebak, Provinsi Banten, itu terus meroket. Semula bobot tubuh Barbara 59 kg, lalu melonjak hingga 67 kg. Dengan tinggi badan 160 cm dan berbobot 67 kg, berarti Indeks Massa Tubuh (IMT) Barbara 26,1. Angka itu menunjukkan Barbara termasuk gemuk.
Nilai IMT merupakan perbandingan antara bobot badan dalam satuan kilogram (kg) dan kuadrat tinggi badan dalam satuan meter (m). IMT normal berkisar 18,5—22,9. Selain tidak bisa menggunakan pakaian kesayangan, Barbara juga merasakan lebih mudah lelah. “Saat naik tangga di kantor saya serasa kehabisan napas,” kata Barbara. Ia juga jadi kurang percaya diri karena tubuh semakin gemuk. Barbara tidak mengonsumsi obat pelangsing karena takut berefek samping.
Buncis

Menurut dokter spesialis gizi klinis dari Universitas Hasanuddin di Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, Prof Dr dr Nurpudji Astuti Daud MPH SpGK, obesitas terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih banyak daripada energi yang dikeluarkan sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Asupan energi tinggi berasal dari konsumsi makanan yang berlebihan, sedangkan keluaran energi sedikit karena rendahnya metabolsime tubuh dan aktivitas fisik.
Menurut Nurpudji faktor pemicu obesitas terbagi dua yaitu endogen dan eksogen. Faktor endogen misalnya genetik atau keturunan. Jika kedua orang tua gemuk, maka 80% kemungkinan anak jadi gemuk. Namun, jika salah satu orang tua gemuk, persentase anak menjadi gemuk lebih sedikit yakni 40%. Sementara perilaku makan, aktivitas fisik, psikologis, dan sosial ekonomi termasuk faktor eksogen.
Oleh karena ingin mendapatkan bobot tubuh ideal, Barbara berkonsultasi ke herbalis di Bogor, Jawa Barat, Valentina Indrajati. Barbara mengenal Valentina sejak 2010. Saat itu ia menemui herbalis itu untuk mengobati darah tinggi, kolesterol, dan pendarahan akibat mioma. Valentina terlebih dahulu menyembuhkan keluhan kesehatan Barbara tadi baru meresepkan herbal pelangsing.
Valentina meresepkan ramuan herbal berisi biji buncis Phaseolus vulgaris, daun jati belanda Guazuma ulmifolia, daun jati cina Senna alexandrina, dan kulit batang pulosari Alyxia reindwardtii. Semua herbal dalam bentuk serbuk. Valentina mencampur beragam herbal itu dan mengemas dalam sebuah kantung plastik transparan. Sebuah kemasan berbobot 30 g untuk sekali perebusan. Cara mengolah ramuan itu sederhana. Barbara merebus herbal pelangsing itu hingga mendidih, menyaring, lalu meminumnya 3 kali sehari.

Setelah rutin mengonsumsi ramuan itu, ia merasa tetap kenyang meski porsi makan sedikit. Delapan bulan usai disiplin mengonsumsi herbal itu, “Badan saya terasa lebih enteng dan tidak mudah capai,” kata ibu 1 anak itu. Kini bobot tubuh Barbara mendekati normal, yakni 62 kg. Selain mengonsumsi herbal pelangsing, Barbara juga menjaga pola makan dan melakukan olahraga.
Terbukti ilmiah
Pengalaman Barbara itu sejalan dengan hasil penelitian Xiangming Wu MD dan rekan dari Nuote Nutrition Center Zhejiang University, Hangzhou, Cina. Mereka mengungkap khasiat buncis untuk menurunkan bobot tubuh. Peneliti melibatkan 101 sukarelawan berumur 20—50 tahun dengan indeks massa tubuh (IMT) 25—40. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) IMT 25—30 tergolong gemuk dan di atas 30 termasuk obesitas.
Peneliti membagi objek penelitian menjadi kelompok uji dan kontrol. Kelompok uji terdiri atas 51 orang yang mengonsumsi 2 kapsul berisi 1.000 mg ekstrak kering buncis. Sementara kelompok kontrol diberikan 2 kapsul yang mengandung 1.000 mg mikrokristalin selulosa, yaitu bahan stabilisator. Kedua kelompok mengonsumsi kapsul masing-masing 3 kali dalam sehari selama 60 hari.
Hasil penelitian itu menunjukkan pada hari ke-60 bobot tubuh 47 dari 51 sukarelawan yang menggunakan kapsul ekstrak buncis turun 1,9 kg. Sementara bobot tubuh 31 dari 50 sukarelawan dalam kelompok kontrol berkurang 0,4 kg. Hasil penelitian Xiangming dan rekan itu menguatkan hasil riset Leonardo Celleno dan rekan dari dell’Universita Cattolica di Roma, Italia. Leonardo melibatkan 59 responden yang terbagi 2 kelompok.
Kelompok pertama terdiri atas 30 sukarelawan, sedangkan 29 sukarelawan tergabung ke dalam kelompok kontrol. Setiap hari masing-masing kelompok mengonsumsi makanan kaya karbohidrat yang mengandung 2.000—2.200 kalori selama 30 hari dan kapsul berisi 445 mg ekstrak buncis. Hasilnya bobot tubuh sukarelawan kelompok kontrol meningkat, sedangkan bobot tubuh kelompok uji menurun hingga 3 kg. Penelitian Xiangming dan Leonardo juga diperkuat dengan 6 penelitian lain yang hasilnya serupa.
Bagaimana mekanisme ekstrak buncis menurunkan bobot tubuh? Penelitian yang termaktub dalam The Journal of Applied Research itu menyebutkan ekstrak common bean menghambat aktivitas enzim alfa amilase. Enzim itu berperan merombak karbohidrat menjadi gula sederhana seperti glukosa sehingga bisa diserap tubuh. Glukosa inilah yang digunakan untuk membentuk energi. Glukosa disimpan sebagai glikogen di hati atau lemak di jaringan adiposajika tidak digunakan. Namun, karena kerja alfa amilase dihambat, maka pemecahan karbohidrat tidak terjadi sehingga tidak terbentuk lemak di tubuh.
Selain berkhasiat mengecilkan ikat pinggang, buncis juga memiliki manfaat lain. Menurut Valentina biji buncis manjur menetralkan kadar gula darah, menunjang sistem pencernaan, bersifat diuretik alias peluruh urine, dan meningkatkan imunitas tubuh. Keringkan biji buncis di terik matahari hingga kadar airnya di bawah 10%. Biji lalu digiling menjadi serbuk dan siap dikonsumsi.
Selain diolah secara sederhana dan manual. Biji buncis juga bisa dijadikan ekstrak menggunakan mesin berteknologi mutakhir. PT Tri Rahardja pengelola merek Javaplant mengekstrak biji buncis. Menurut Manajer Riset, Ir Budi Santoso, produksi ekstrak pada skala percobaan dilakukan untuk mengetahui jenis pelarut yang cocok, rasio pelarut, dan suhu ekstraksi.
Setelah parameter itu diketahui, Javaplant baru memproduksi ekstrak skala besar. Selain itu, produksi massal juga menunggu adanya perusahaan yang memesan ekstrak buncis. Javaplant mendapat pasokan biji tanaman anggota famili Fabaceae dari daerah sekitar Karanganyar, Jawa Tengah.
Sumber : t r u b u s – o n l i n e . c o . i d